Cerita ini adalah salah satu bagian yang terjadi waktu aku nginap di kosan lama ku.
Sewaktu aku lagi serius menjajal kemampuan Yogi di winning, tiba-tiba Herman (pemilik Kamar tempat kami bermain PS yang tidak pernah dianggap pemilik kamar) memanggil aku untuk diajak ke lantai dua yang langsung beratap langit. rupanya disana sudah ada Prima (teman ku yang tidak jelas segala sesuatu tentangnya kecuali orang tua, itupun hanya karena kiriman duit). Mereka sedang berbicara tentang cinta. Ahhhhhhhhhhhhhhhh,,aku merasa seperti anak-anak kos putri yang sedang curhat. Sumpahhhh,,ga banget.. Kesan yang aku rasa hanya satu, Sok IMut.
Bukan tidak ada alasan aku malas berada di momen itu. Bintang bertebaran di langit yang cerah, suasana malam yang hangat, dan pose duduk kami yang tidak beratur mirip pose boyband dicover album boleh dikatakan lebih dari cukup untuk menjelaskan kalau waktu itu adalah malam yang romantis. Yang tidak aku setuju hanyalah kenapa harus aku, prima, herman dan Yogi (yang tanpa diundang langsung nimbrung karena sudah kehabisan makanan di depan TV nya) yang jadi aktor nya.
intinya, malam itu herman mau curhat. Katanya ini masalah hati. Mati aku.
Sebagai sebuah penghormatan kepada Kahlil Gibran, Ariel Peterpan atau siapa saja yang dianggap sebagai penyair cinta, komposer musik romantis, saya tidak akan menceritakan isi dari pembicaraan kami tentang cinta. Karena 99,83% isinya jauh dari makna cinta.
Yang bisa saya post disini cuma rekomendasi buat pertemuan itu. Pertama: Jangan sok imut bicara tentang cinta kalau hutang di Burjo Aa Asep masih banyak. Kedua: Masih terkait dengan yang pertama, Hutang sama Angkringan Bandito juga tolong di cek. Perhatikan dua hal itu dengan seksama sobat, karena kita susah mikirin cinta kalau makan saja susah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment